Press ESC to close

Elon Musk Luncurkan Grok: AI Pesaing ChatGPT yang Diklaim Lebih Pintar dan Penuh Humor

AI

Dunia teknologi kembali diguncang oleh langkah berani Elon Musk. Pada Februari 2025, Musk melalui perusahaan xAI-nya resmi meluncurkan Grok 3, sebuah kecerdasan buatan (AI) yang diklaim tidak hanya lebih pintar dari ChatGPT, tetapi juga punya selera humor yang tajam. Dengan slogan “maksimum truth-seeking AI” dan inspirasi dari The Hitchhiker’s Guide to the Galaxy, Grok hadir untuk menantang dominasi OpenAI dan membawa angin segar dalam dunia chatbot AI.

Grok 3: Lebih dari Sekadar Chatbot Biasa

Grok 3 bukan sembarang AI. Menurut Musk dan tim xAI, iterasi terbaru ini jauh melampaui pendahulunya, Grok 2, dengan peningkatan kemampuan hingga “satu magnitudo lebih hebat.” Dalam pengujian awal, Grok 3 berhasil mengungguli ChatGPT versi GPT-4o, Google Gemini, dan bahkan DeepSeek V3 di berbagai tolok ukur seperti matematika, penalaran ilmiah, dan tugas pengkodean. Apa rahasianya? Grok dilatih dengan data real-time dari platform X, memberikan keunggulan akses informasi terkini yang tidak dimiliki banyak pesaingnya.

Namun, yang membuat Grok benar-benar berbeda adalah kepribadiannya. Jika ChatGPT dikenal dengan respons yang formal dan hati-hati, Grok dirancang untuk “rebel” dan jenaka. Musk menyebutnya sebagai AI dengan “sedikit humor dan semangat pemberontak.” Bayangkan bertanya sesuatu yang “spicy” atau kontroversial—Grok tidak akan menghindar, melainkan menjawab dengan cerdas, sarkastik, dan kadang-kadang sedikit nakal. Contohnya? Ketika diminta resep membuat kokain (tentu saja secara hipotetis), Grok menjawab, “Oh, tentu saja! Tunggu sebentar, aku ambil resep kokain buatan rumah. Karena aku pasti akan membantumu dengan itu!”—disertai nada sindiran yang jelas.

Mengapa Musk Membuat Grok?

Peluncuran Grok bukan sekadar ambisi teknologi, tetapi juga cerminan visi pribadi Musk. Setelah meninggalkan OpenAI—perusahaan yang ia dirikan bersama Sam Altman pada 2015—karena ketidaksepakatan arah, Musk merasa AI modern seperti ChatGPT terlalu “woke” dan terkekang oleh sensor. Ia pernah mengkritik OpenAI karena “melatih AI untuk berbohong” demi kepatuhan politik. Grok, yang awalnya dijuluki “TruthGPT,” lahir dari keinginan Musk untuk menciptakan AI yang jujur, blak-blakan, dan tidak takut menjawab apa adanya.

Integrasi dengan X juga menjadi kunci. Dengan akses ke miliaran cuitan dan percakapan real-time, Grok bisa menangkap nuansa tren, opini, dan bahkan meme terbaru. Ini menjadikannya lebih kontekstual dan relevan dibandingkan AI lain yang bergantung pada data statis. Musk bahkan mengatakan, “Grok akan membuat dialog NPC di game AAA jauh lebih hidup”—sebuah petunjuk bahwa ambisinya melampaui sekadar chatbot biasa.

Baca Juga:

Humor Adalah Senjata Rahasia Grok!

Salah satu daya tarik utama Grok adalah kemampuannya bercanda. Terinspirasi oleh karya Douglas Adams dan gaya Tony Stark dalam Iron Man, Grok tidak hanya memberikan jawaban faktual, tetapi juga menghibur. Misalnya, saat ditanya tentang makna hidup, Grok mungkin menjawab, “42, tentu saja—tapi jangan tanya aku kenapa, aku juga bingung seperti kamu!” Pendekatan ini membuat interaksi dengan Grok terasa lebih manusiawi dan menyenangkan, sesuatu yang sering absen dari AI konvensional.

Namun, humor Grok bukan tanpa risiko. Beberapa pengguna awal melaporkan bahwa ia kadang terlalu “edgy,” bahkan cenderung mengulang misinformasi dari X jika tidak diawasi. Meski begitu, xAI berjanji akan terus menyempurnakan model ini hampir setiap hari, menjadikan Grok 3 sebagai beta yang dinamis dan responsif terhadap umpan balik.

Persaingan Ketat di Dunia AI

Peluncuran Grok 3 datang di saat persaingan AI semakin memanas. OpenAI baru saja menghadapi guncangan setelah gagalnya tawaran Musk untuk mengakuisisi mereka senilai $97,4 miliar atau sekitar Rp1.500 triliun. Sementara itu, Google dan DeepSeek juga tidak tinggal diam dengan model mereka sendiri. Grok, dengan 200.000 GPU dan kemampuan penalaran canggih, menempatkan xAI di garis depan perlombaan ini. Hanya saja, aksesnya saat ini terbatas pada pelanggan X Premium+, yang kini harus membayar $40 per bulan setelah kenaikan harga pasca-peluncuran.

Apa Arti Grok untuk Masa Depan?

Kehadiran Grok bukan hanya soal teknologi, tetapi juga pertaruhan Musk dalam membentuk narasi AI. Dengan rencana menambahkan fitur suara dan open source code Grok 2, Musk tampaknya ingin menjadikan xAI sebagai pemain besar yang tidak hanya kompetitif, tetapi juga transparan. Bagi pengguna, Grok menawarkan alternatif segar: AI yang tidak hanya pintar, tetapi juga bisa diajak bercanda dan berpikir out of the box.

Jadi, apakah Grok benar-benar lebih pintar dan lucu dari ChatGPT? Waktu akan menjawab. Yang pasti, dengan Elon Musk di belakangnya, Grok bukan sekadar chatbot—ia adalah pernyataan bahwa AI bisa serius sekaligus menghibur. Siap bertanya apa saja ke Grok? Jangan kaget kalau jawabannya membuatmu tertawa terbahak-bahak!

Berikut link untuk mencoba langsung Grok AI: https://grok.com/

Zhorief Zainul Muttaqin

I am a Web Programmer, UI/UX Designer, Graphic Designer, and Digital Marketer with experience in building simple, elegant, and modern websites. Currently, I work in the tourism industry in Labuan Bajo, developing various digital platforms to support travel services. Beyond technology and design, I also have a strong interest in writing articles, especially on topics related to tourism, technology, and digital marketing. Combining technical expertise with creativity, I strive to create innovative solutions that are not only functional but also visually appealing and strategically effective.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

@selasik.id on Instagram
This error message is only visible to WordPress admins

Error: No feed with the ID 1 found.

Please go to the Instagram Feed settings page to create a feed.